PERCOBAAN

Kamis, 20 September 2012

http://blog.ub.ac.id/idiputri 
Blog mahasiswa Universitas Brawijaya
Tue, 29 May 2012 00:50:01 +0000
en-US hourly
http://wordpress.org/?v=3.4.1 

http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/05/29/komponen-brand-equity/ 
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/05/29/komponen-brand-equity/#comments
Tue, 29 May 2012 00:50:01 +0000
Paramitha Idi Putri
http://blog.ub.ac.id/idiputri/?p=43
Menurut Kotler dan Armstrong (2004), “Brand equity is the positive differential effect that knowing the brand name has on customer response to the product or service” (p. 292). Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa. Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat...

Menurut Kotler dan Armstrong (2004), “Brand equity is the positive differential effect that knowing the brand name has on customer response to the product or service” (p. 292).

Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa. Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual.
Aaker (1996:8) mengelompokkan brand equity ke dalam lima katagori yaitu
(1) Brand loyalty (kesetiaan terhadap merek) Merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada sebuah merk. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang konsumen beralih ke merk produk lain, terutama jika didapati merk tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lain. Konsumen yang loyal umumnya akan melanjutkan pembelian merk tersebut walaupun dihadapkan pada banyak alternative merk produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya;
(2) Brand Name Awereness (kesadaran merk) menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali mengingat kembali suatu merk sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu;
(3) Brand association segala ke-san yang muncul dibenak seorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Variabel ini berkaitan dengan persepsi yang terbentuk dibenak konsumen mengenai karakteristik atau atribut-atribut yang dimiliki olehsuatu merk. Kesan-kesan yang Nampak pada suatu merk akan meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merk, atau dengan semakin seringnya penampakan merk tersebut dalam strategi komunikasinya;
(4) Perceived quality (persepsi terhadap kualitas) dapat didefinisikan sebagai presepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Perceived Quality yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut;
(5) Other Proprietary brand assets brand equity yang lainnya seperti paten, trademark.
Adapun pengetahuan tentang merek yang dimaksud oleh Terence A. Shimp (2003), yaitu:
A. Kesadaran Merek (Brand Awareness).
Kesadaran merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Merek yang populer merupakan aset yang besar nilainya bagi suatu produk karena berpengaruh terhadap keputusan konsumen.
Kesadaran merek merupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek yang menjelaskan bahwa “berdasarkan cara pandang konsumen, sebuah merek tidak memiliki ekuitas hingga konsumen menyadari keberadaan suatu merek tersebut.” Kesadaran merek ini di bagi lagi ke dalam dua tingkat kesadaran, yaitu: (1) Mampu mengingat merek (brand recall). Mencerminkan tingkat kesadaran yang lebih dalam. Hanya sedikit orang yang dapat mengingat sebuah merek dari memori mereka tanpa bantuan suatu pengingat atau petunjuk apa pun; (2) Kenal akan merek (brand recognition). Mencerminkan tingkat kesadaran yang dangkal. Konsumen dapat mengidentifikasi merek tertentu dengan benar jika mereka diberi daftar merek-merek atau diberi petunjuk tentang merek tertentu.
B. Citra Merek (Brand Image). Menurut Terence A. Shimp, citra merek (brand image) merupakan jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, yang dapat dikonseptualisasikan berdasarkan; 1) Jenis, 2) Dukungan, 3) Kekuatan dan 4) Keunikan. Aspek penting pada citra merek ini adalah gambaran mental yang dimiliki konsumen terhadap produk (Shimp, 2003: 11).
Sumber :
1. Jurnal Bisnis dan Akuntansi : PENGARUH INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION TERHADAP BRAND EQUITY PADA SEBUAH BANK PEMERINTAH DI JAKARTA oleh Aulia Danibrata
2. Jurnal : STUDI MENGENAI BRAND LOYALTY DALAM MENINGKATKAN BRAND EQUITY Oleh Emy Yatul Hasanah
3. Jurnal Bisnis dan Manajamen : CO-Branding danPengaruhmya Terhadap Brand Equity Oleh Dwinto Martri Aji Buana
4. Jurnal Brand equity and Customer Loyalty (Correlation Study between Brand Equity Influence toward Customer Loyalty in Election of Provider Handphone IM3 and XL Communication College Student of Social and Political Science Faculty of Sebelas Maret University Generation 2008-2009 Oleh Surisno Satriyo Utomo
]]>



http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/05/29/komponen-brand-equity/feed/
0


perbandingan iklan radio, televisi, detik.com dan kompas.com
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/04/11/perbandingan-iklan-radio-televisi-detik-com-dan-kompas-com/
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/04/11/perbandingan-iklan-radio-televisi-detik-com-dan-kompas-com/#comments
Wed, 11 Apr 2012 11:27:57 +0000
Paramitha Idi Putri
<![CDATA[Uncategorized]]>
<![CDATA[marcoms]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/?p=24
<![CDATA[Radio masih menjadi salah satu media yang efektif untuk tempat beriklan. Meski diakui eksistensi radio dianggap kalah dibanding media cetak, masih banyak para pemasar yang tetap menggunakan radio sebagai alternatif mereka dalam beriklan dengan salah satu tujuan sebagai penguatan akan produk maupun reminder bagi pendengar radio. Di bawah ini merupakan hasil pengamatan dari beberapa radio [...]]]>
<![CDATA[Radio masih menjadi salah satu media yang efektif untuk tempat beriklan. Meski diakui eksistensi radio dianggap kalah dibanding media cetak, masih banyak para pemasar yang tetap menggunakan radio sebagai alternatif mereka dalam beriklan dengan salah satu tujuan sebagai penguatan akan produk maupun reminder bagi pendengar radio. Di bawah ini merupakan hasil pengamatan dari beberapa radio
1. Iklan di radio

Melalui pengamatan yang telah saya lakukan di 3 radio yaitu KDS 8 (97,8 FM), Kencana FM (98,6 FM) , dan Kalimaya Bhaskara saya meyimpulkan bahwa pada stasiun radio KDS 8 (97,8 FM) produk yang diiklankan lebih sering mengarah pada produk obat seperti panadol putih, sanaflu, antangin JRG dan procold. ketiga produk tersebut merupakan jenis obat dengan harga yang sangat murah yang dapat dijangkau oleh kalagan menegah ke bawah. Sehingga segmentasi yang dilakukan adalah pada konsumen yang sedang sakit yang memilih untuk tidak pergi ke dokter atau bisa dikatakan pula target sasaran dari produk-produk tersebut adalah untuk kalangan menengah ke bawah. Penyampaian iklan dikemas dengan menggunakan suatu narasi atau cerita yang diperankan oleh beberapa orang dengan adegan kegiatan sehari-hari dan juga bahasa yang digunakan lebih simple dan mudah diterima oleh pendengarnya.

Pada stasiun radio Kencana FM ( 98,6 FM) produk yang sering diiklankan antara lain Tea jus gulabatu, Wearness, dan Speedy. Dapat ditarik kesimpulan bahwa produk-produk yang diiklankan di radio ini lebih mudah didapatkan masyarakat di daerah sekitar malang, Sehingga sasaran target dari produk ini adalah masayarakat di sekitar kota malang dengan segmentasi pasar mulai dari remaja hingga tua, namun lebih difokuskan kepada anak muda. Hal ini dilatarbelakangi karena radio kencana FM lebih menempatkan target sasaran pendengarnya adalah kaum anak muda dengan menghadirkan acara lagu-lagu pop yang sedang top in chart hingga informasi-informasi seputar anak muda.
Pada stasiun kalimaya bhaskara FM produk yang sering diiklankan antara lain pharos,pajak, dimana radio ini memiliki banyak pendengar dari kaum remaja sehingga target sasaran mereka adalah para kaum muda. Hal tersebut dapat dilihat dari acara-acara yang ada di kalimaya kebanyakan merupakan acara musik

Semakin berkembangnya kecanggihan teknologi banyak pemasar yang menggunakan banner online untuk mengiklankan produknya salah satunya pada surat kabar online seperti detik.com dan kompas.com
2. Banner iklan di detik.com dan kompas.com

Setelah mengamati pengamatan iklan di dua web surat kabar online yang menghadirkan berita-berita yaitu pada detik.com dan kompas.com dapat ditarik suatu argument bahwa di detik.com iklan yang dipasang tidak sebanyak di kompas.com. Pada detik.com iklan yang dipasang antara lain HTC (merek HP Cina), pizza hut, travel bali dan chevron. Detikcom merupakan surat kabar online dimana target pasar dan segmentasi pembacanya mulai dari anak muda hingga tua. Pada kompas.com yang memiliki target pasar yaitu pembaca berumur produktif sekitar 25 tahun ke atas dengan segmentasi orang –orang yang lebih intelektual lebih memiliki iklan banner dalam jumlah yang cukup banyak. Mudah sekali kita jumpai iklan-iklan yang berada di sisi atas,bawah,kiri, maupun kanan.Produk yang diiklankan pada banner kompas.com antara lain djarum super, indosat, HSBC, dan Chevron. Hal ini menggambarkan bahwa masing-masing penyedia surat kabar online tersebut emiliki target dan sasaran yang memiliki perbedaan
3. Iklan televisi

Iklan televise yang ditayangkan pada jam 6-7 pagi pada stasiun televisi Indosiar antara lain kecap bango, pepsodent,sunlight. Produk-produk yang ditawarkan biasanya memiliki pangsa pasar yaitu bagi keluarga dimana lebih difokuskan pada Ibu sebagai pemiliki keputusan pembelian.

Sedangkan Iklan televise yang ditayangkan pada 6-8 malam (prime time) antara lain rokok, toko bagus,dan coca cola dimana memiliki target pasar untuk semua umur sehingga pada jam-jam prime time merupakan saat bagi mereka yang dirasa cukup tepat dikarenakan pada jam-jam tersebut acara televisi dapat ditonton oleh sema anggota keluarga sehingga iklan produk bisa tersampaikan.

to : Pak Nanang
]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/04/11/perbandingan-iklan-radio-televisi-detik-com-dan-kompas-com/feed/
0


iklan dengan endoser yang kredible dan yang tidak kredible
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/27/perbedaan-iklan-dengan-artis-yang-kredible-dan-yang-tidak-kredible/
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/27/perbedaan-iklan-dengan-artis-yang-kredible-dan-yang-tidak-kredible/#comments
Tue, 27 Mar 2012 00:15:28 +0000
Paramitha Idi Putri
<![CDATA[Uncategorized]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/?p=30
<![CDATA[Indomie Siapa Yang tidak mengetahui indomie? Indomie adalah produk mie instan yang diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan mulai diluncurkan ke pasar sejak tahun 1970, dan pertama kali hadir dengan rasa Kaldu Ayam saja. Selain dipasarkan di Indonesia, Indomie juga dipasarkan secara cukup luas di manca negara, antara lain di Amerika Serikat, [...]]]>
<![CDATA[Indomie
Siapa Yang tidak mengetahui indomie? Indomie adalah produk mie instan yang diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan mulai diluncurkan ke pasar sejak tahun 1970, dan pertama kali hadir dengan rasa Kaldu Ayam saja. Selain dipasarkan di Indonesia, Indomie juga dipasarkan secara cukup luas di manca negara, antara lain di Amerika Serikat, Australia, berbagai negara Asia dan Afrika serta negara-negara Eropa, dan hal itu menjadikan Indomie sebagai salah satu dari segelintir produk asli Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Di Indonesia sendiri, sebutan “Indomie” sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.
Untuk tetap menjaga eksistensinya indomie berusaha untuk tetap menjaga mutu, kualitas rasa dan produknya dengan menciptakan berbagai macam varian rasa dan dengan menggunakan strategi iklan yang unik dan cepat diterima di masyarakat. Salah satunya iklan indomie yang terkenal yaitu iklan indomie versi “ini ceritaku, apa ceritamu?’’
Video iklan indomie
Click here to view the embedded video.
Pada iklan ini indomie berusaha mengajak masyarakat untuk ikut berbagi pengalaman mereka melalui cerita pengalaman pribadi masing-masing konsumen indomie. Hingga setelah iklan ini diluncurkan indomie juga menetapkan program bagi masyarakat yang kreatif dan mampu mengirimkan cerita unik mereka yang nantinya akan ditampilkan di iklan indomie berikutnya. Hal ini merupakan salah satu bentuk brand activation dimana indomie menggunakanan pendekatan merek dengan konsumennya. Beredarnya cerita-cerita indomie dengan beragam versi seperti di internet, forum media, mesangger, maupun percakapan langsung yang jumlahnya lebih banyak daripada yang telah tayang sebagai iklan membuktikan bahwa brand image indomie semakin kuat tertanam di benak banyak orang
Bila dilihat dari iklannya, indomie tidak menggunakan artis yang terkenal sebagai endoser produk mereka, bahkan mereka menggunakan orang-orang yang sebelumnya tidak pernah masyarakat lihat di televisi, namun dengan ide kreatif yang unik dan mudah diingat oleh masyarakat, indomie mampu menciptakan iklan yang dikenal banyak orang sehingga dapat menjadikan brand image bagi konsumennya.

Mie Sedap
Mie Sedaap adalah merek mi instan populer kedua di Indonesia, yang diproduksi oleh Wings Food. Diluncurkan pada tahun 2003. Selain di Indonesia, Mie Sedaap juga dijual di luar negeri, antara lain Malaysia. Pada tahun 2008 Mie Sedaap meluncurkan kemasan baru dengan formula baru Diperkaya 7 Vitamin. Pada tahun 2009 Mie Sedaap meluncurkan rasa barunya, Rasa Kari Spesial dengan Bumbu Kari Kental dan Rasanya Nendang. Pada tahun 2011 Mie Sedaap meluncurkan rasa barunya, Rasa Ayam Spesial dengan Kaldunya Mantap.
Hampir sama dengan indomie, mie sedap menampilkan iklan produknya dengan menonjolkan kreatifitasnya untuk menampilkan iklan yang mudah diingat dan diterima oleh masyarakat, tanpa menggunakan artis terkenal sebagai endoser. Iklan mie sedap versi “ayamku” di perankan oleh seorang ibu dan anak. Mereka menggunakan pemeran yang tidak dikenal oleh masyarakat sebelumnya, namun dengan kreatifitas dalam pembuatan iklannya, iklan tersebut dapat menjadi terkenal.
Video iklan mie sedap
Click here to view the embedded video.

Sarimi
Sarimi merupakan produk mie yang diproduksi juga oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, diluncurkan pada tahun 1982. Di Indonesia, sebutan “Sarimi” juga umum dijadikan istilah yang merujuk kepada mi instan. Namun tingkatan antara sarimi dengan indomie yang sama-sama diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur berbeda, artian berbeda yaitu target konsumen mereka, dimana supermi dijual dengan harga yang lebih murah daripada indomie, sehingga sarimi berada di bawah indomie dan mie sedap. Untuk tetap bersaing sarimi menggunakan iklan dengan kreatifitas dan peran dari artis endoser dengan memilih artis yang terkenal. Pada iklan sarimi dua, sarimi menggunakan artis ayu ting-ting dan band ungu agar produk mereka mudah diingat oleh konsumen.
Video iklan sarimi isi 2
Click here to view the embedded video.

to: pak nanang
]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/27/perbedaan-iklan-dengan-artis-yang-kredible-dan-yang-tidak-kredible/feed/
0


Anggaran iklan Magnum
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/20/anggaran-iklan-magnum/
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/20/anggaran-iklan-magnum/#comments
Tue, 20 Mar 2012 08:17:17 +0000
Paramitha Idi Putri
<![CDATA[Uncategorized]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/?p=21
<![CDATA[PT Unilever Indonesia Tbk. Gencar Membidik Segmen Baru Keuntungannya tahun lalu Rp 3,4 triliun. Ditopang margin laba yang sangat tinggi.   untuk : pak nanang DEMI semangkuk es krim, lebih dari 100 pengunjung rela antre di Magnum Café, Mal rand Indonesia, Jakarta. “Sudah sejam saya menunggu,” ujar Nadila, yang datang bersama rekannya. Di sanalah, es [...]]]>
<![CDATA[PT Unilever Indonesia Tbk.
Gencar Membidik Segmen Baru
Keuntungannya tahun lalu Rp 3,4 triliun. Ditopang margin laba yang sangat tinggi.

untuk : pak nanang
DEMI semangkuk es krim, lebih dari 100 pengunjung rela antre di Magnum Café, Mal rand Indonesia, Jakarta. “Sudah sejam saya menunggu,” ujar Nadila, yang datang bersama rekannya. Di sanalah, es krim keluaran Wall’s di bawah payung PT Unilever Indonesia Tbk ini dijajakan sejak akhir Februari lalu. “Kalau akhir pekan, antrean makin panjang,” kata Presiden Direktur Unilever Mauritz Lalisang. Tersedia juga dalam bentuk kemasan, es krim merek Magnum ini memang tengah digandrungi konsumen. “Kami agresif beriklan di TV.” Di bidang penjualan barang konsumer, Unilever memang rajanya. Demi mempertahankan pangsa pasarnya yang luar biasa besar, promosi produk terus digeber. Anggaran iklan tak tanggung- tanggung, yaitu 14 persen dari total penjualan, sebesar Rp 20-an triliun, sepanjang 2010. Meski begitu, kata Mauritz, kuncinya tetap pada produk itu sendiri. Produk yang dihasilkan harus benar-benar bermutu serta disukai dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. “Setiap tahun, kami juga harus launching atau relaunching 60- 70 produk baru,” ujarnya. Misalnya, sabun Lux, yang semula berbentuk padat, kini diproduksi juga dalam bentuk cair. Dengan begitu, Unilever tetap bisa membidik konsumen baru. Upaya ini membuahkan hasil maksimal. Meski perekonomian belum bebas betul dari dampak krisis finansial global, Unilever tetap menangguk untung besar. Tahun lalu, labanya Rp 3,4 triliun, dengan tingkat pengembalian modal atau return on equity (ROE) 87,5 persen. Kinerjanya yang mengkilat membuat harga sahamnya melesat 49 persen. “Itu bukti investor dan pelaku pasar percaya pada pertumbuhan perusahaan kami,” kata Mauritz. Prestasi Unilever tidak lepas dari keberhasilan pemerintah mempertahankan stabilitas ekonomi makro. Inflasi yang rendah mendorong daya beli
masyarakat tetap kuat, khususnya pada barang-barang konsumer. Faktor ini pula yang membuat ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 6 persen. Tingginya profitabilitas yang diraih Unilever terutama juga didorong oleh kemampuan perusahaan mencetak margin laba yang sangat bagus, bukan karena pertumbuhan penjualan yang luar biasa besar. Ini ditopang oleh kemampuan perusahaan mempertahankan biaya operasionalnya, yang membuat labanya kian menebal. Meski begitu, kata Mauritz, Unilever tak boleh lengah. “Kami harus waspada karena persaingan makin ketat. Lawan kami bukan hanya Wings, tapi juga pemain luar lainnya, seperti Kao, P&G, dan L‘Oreal.”

Kesimpulan
Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menetapkan/menganggarkan biay promosi :
1. Affordable method, perusahaan menetapkan biaya-biaya yang timbul, kemudian baru memperkirakan berapa biaya promosi yang mampu dikeluarkan.
2. Percentage-of-sales method, biaya promosi ditetapkan atas dasar prosentase tertentu dari penjualan/prosentase dari estimasi penjualan.
3. Competitive-parity method, biaya promosi ditetapkan atas dasar biaya promosi rata-rata yang dikeluarkan oleh industri. Biaya promosi akan meningkat jika biaya promosi pesaing meningkat, sedang jika biaya promosi pesaing turun maka biaya promosi perusahaan juga akan turun.
4. Ojective-and-task method, metode ini merupakan metode yang terbaik. Berdasar pendekatan ini, maka perusahaan terlebih dahulu menentukan tujuan promosi, menentukan tugas/pekerjaan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu baru kemudian menentukan biaya yang dikeluarkan untuk tiap pekerjaan itu.

Berdasarkan keterangan di atas, magnum gencar menawarkan produknya melalui media iklan yang anggarannya mencapai 14 persen dari total penjualan, yaitu sebesar Rp 20-an triliun, sepanjang 2010. Anggaran ini terbilang cukup besar dan perusahaan menggunakan anggaran iklan sesuai dengan tugas dan tujuan perusahaan atau disebut Ojective-and-task method, metode ini merupakan metode yang terbaik. Berdasar pendekatan ini, maka perusahaan terlebih dahulu menentukan tujuan promosi, menentukan tugas/pekerjaan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu baru kemudian menentukan biaya yang dikeluarkan untuk tiap pekerjaan itu.

]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/20/anggaran-iklan-magnum/feed/
0


Iklan yang tidak etis
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/13/iklan-yang-tidak-etis/
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/13/iklan-yang-tidak-etis/#comments
Tue, 13 Mar 2012 02:07:37 +0000
Paramitha Idi Putri
<![CDATA[Uncategorized]]>
<![CDATA[marcom]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/?p=7
<![CDATA[Pembahasan Iklan Axe yang dirasa Tidak Etis AXE Axe adalah sebuah merek produk perawatan pria yang dimiliki perusahaan multinasional Unilever. Produk Axe diluncurkan untuk pertama kalinya pada tahun 1983 di Perancis. Axe sukses di Perancis dan dewasa ini Axe dapat dengan mudah ditemui di lebih dari 60 negara dan telah menjadi deodoran nomor satu [...]]]>
<![CDATA[Pembahasan Iklan Axe yang dirasa Tidak Etis
AXE

Axe adalah sebuah merek produk perawatan pria yang dimiliki perusahaan multinasional Unilever. Produk Axe diluncurkan untuk pertama kalinya pada tahun 1983 di Perancis. Axe sukses di Perancis dan dewasa ini Axe dapat dengan mudah ditemui di lebih dari 60 negara dan telah menjadi deodoran nomor satu di pasar Eropa dan Amerika Latin dan sudah dikenal di Amerika Serikat (dikenal sebagai Lynx) dan Asia. Di Indonesia, produk Axe menjadi produk terkemuka dalam segmen deodoran pria.
Di Indonesia Axe telah meluncurkan beberapa iklan-iklan sesua dengan varian aroma yang di tawarkannya. Antara lain iklan Axe Call Me versi sauce

Iklan Axe Effect-Call Me versi Sauce,


Iklan Axe Effect-Call Me versi sauce Lost, Needs, dan Mist, merupakan iklan dengan target sasaran laki-laki, sehingga berpotensi adanya bias gender dalam hal bagaimana peran dan posisi sosial perempuan ditampilkan. Iklan ini menunjukkan adanya gejala eksploitasi terhadap tubuh perempuan, karena beberapa iklan tersebut menampilkan perempuan dalam ekspresi, sikap, tingkah laku perempuan yang menawarkan sensualitas/seksualitas dan terdapat pengambilan gambar yang hanya menunjukkan beberapa bagian tubuh vitalnya secara ‘eksklusif’. Selain itu, iklan Axe Effect-Call Me merupakan iklan produk parfum Axe versi Indonesia pertama, dengan setting dan model dari Indonesia.

Hampir sama dengan iklan Axe sebelumnya, axe masih menggunakan wanita sebagai model iklan dengan konsep yang sama yaitu wanitadengan gaya sensualnya yang ingin di hubungi oleh si lelaki yang berperan sebagai pengguna axe.


Iklan Axe Chocolate

Pada Iklan Axe Choclate juga digambarkan bahwa wanita memiliki hasrat yang tinggi dengan mengeksplorasi keinginan mereka untuk mendekati pria seakan akan wanita-wanita tersebut sedang “haus nafsu”.

Iklan Axe Provoke
Pada iklan Axe Provoke versi bidadari digambarkan beberapa bidadari yang jatuh karena mencium aroma Axe Provoke. Bidadari tersebutpun tidak terlepas dari konsep sensualitas, seksi, dan terkesan “hot” . Pada iklan Axe provoke iklan ini diputar di televise, namun terdapat perkembangannya yaitu iklan axe terbaru yang dibintangi oleh 4 artis Indonesia, yang mana iklan tersebut hanya diputar melalui internet dikarenakan iklan yang terkesan mengarah ke arah seksualitas, yang jelas sekali tidak baik apabila diliat oleh anak-anak di bawah umur.

Iklan Axe Provoke Versi Bidadari yang hanya terdapat di internet

Iklan Axe selalu menciptakan gaya hidup seorang laki-laki metroseksual yang narsistik, percaya diri, dan calm. Sedangkan perempuan diciptakan sebagai perempuan yang agresif, tak terkendali, dan genit untuk menarik perhatian laki-laki Axe dengan mengeksplorasi tubuhnya sendiri. Eksploitasi secara fisik ditunjukkan dengan adanya shot-shot yang mengeksploitir beberapa bagian tubuh tertentu dengan disertai bahasa tubuh dan ekspresi yang menunjang sehingga terbentuk image seksi pada iklan ini. Sedangkan secara non-fisik ditunjukkan dengan menampilkan kondisi psikis perempuan dalam berbagai karakter seperti mudah tergoda laki-laki, seksi, bergairah, dan agresif. Eksploitasi tubuh perempuan secara fisik dan non-fisik dikemas sebagai sensualitas perempuan. Selain itu, Axe sebagai produk patriarkhi, meskipun menampilkan sensualitas yang ditampilkan sebagai perlawanan citra tradisional femininitas melalui pengungkapan hasrat seksualnya, namun tetap saja menempatkan perempuan dalam posisi yang hanya dijadikan obyek hasrat laki-laki
Menurut Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/5/2006 Tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dalam http://www.kpi.go.id/download/Peraturan KPI 02.5.2006 (Salinan).doc (2006):
Pasal 40
Lembaga penyiaran dalam menyiarkan materi yang mengandung muatan seks harus mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 yang disebutkan dalam keputusan ini

Pasal 41
Ciuman
(1) Adegan ciuman atau mencium yang eksplisit dan didasarkan atas hasrat seksual dilarang.
(2) Lembaga penyiaran diizinkan menyajikan adegan ciuman dalam konteks kasih sayang dalam keluarga dan persahabatan, termasuk di dalamnya: mencium rambut, mencium pipi, mencium kening/dahi, mencium tangan dan sungkem.

Pasal 42
Hubungan Seks
(1) Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan yang menggambarkan aktivitas hubungan seks, atau diasosiasikan dengan aktivitas hubungan seks atau adegan yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks, baik secara eksplisit maupun implisit.
(2) Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan suara-suara atau bunyi-bunyian yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks.
(3) Lembaga penyiaran dilarang menyajikan percakapan atau adegan yang menggambarkan rangkaian aktivitas ke arah hubungan seks.
(4) Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan yang menggambarkan hubungan seks antar hewan secara vulgar atau antara manusia dan hewan.
(5) Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang memuat pembenaran bagi berlangsungnya hubungan seks di luar nikah.

Pasal 44
Eksploitasi Seks
(1) Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan lagu dan klip video berisikan lirik bermuatan seks, baik secara eksplisit maupun implisit.
(2) Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian dan atau lirik yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks, membangkitkan hasrat seksual atau memberi kesan hubungan seks.
(3) Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program, adegan dan atau lirik yang dapat dipandang merendahkan perempuan menjadi sekadar obyek seks.
(4) Lembaga penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang menjadikan anak-anak dan remaja sebagai obyek seks, termasuk di dalamnya adalah adegan yang menampilkan anak-anak dan remaja berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan dengan daya tarik seksual.



]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/13/iklan-yang-tidak-etis/feed/
0


Klasifikasi Produk
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/06/klasifikasi-produk/
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/06/klasifikasi-produk/#comments
Tue, 06 Mar 2012 01:25:43 +0000
Paramitha Idi Putri
<![CDATA[Uncategorized]]>
<![CDATA[Marketing Communication]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/?p=4
<![CDATA[Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli pemasaran, diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Kotler. Menurut Kotler (2002,p.451), produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1. Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu : a) Barang Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, [...]]]>
<![CDATA[Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli pemasaran, diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Kotler. Menurut Kotler (2002,p.451), produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu :

a) Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya.
b) Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti halnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan sebagainya. Kotler (2002, p.486) juga mendefinisikan jasa sebagai berikut : “ Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produknya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.

2. Berdasarkan aspek daya tahannya produk dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Barang tidak tahan lama (nondurable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, pasta gigi, minuman kaleng dan sebagainya.

b. Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih). Contohnya lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain.

3. Berdasarkan tujuan konsumsi yaitu didasarkan pada siapa konsumennya dan untuk apa produk itu dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a) Barang konsumsi (consumer’s goods) Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat dikonsumsi tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari produk tersebut.
b) b) Barang industri (industrial’s goods) Barang industri merupakan suatu jenis produk yang masih memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil pemrosesan dari barang industri diperjual belikan kembali.
Menurut Kotler (2002, p.451), ”barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis”. Pada umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat jenis :
a) Convenience goods Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya. Contohnya antara lain produk tembakau, sabun, surat kabar, dan sebagainya.
b) Shopping goods Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya alat-alat rumah tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dan lainnya.
c) Specialty goods Barang-barang yang memiliki karakteristik dan/atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Misalnya mobil Lamborghini, pakaian rancangan orang terkenal, kamera Nikon dan sebagainya.

d) Unsought goods Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia, tanah kuburan dan sebagainya.
Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu diperhatikan adalah kualitas produk. Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah “the totality of features and characteristics of a product or service that bears on its ability to satisfy given needs”, artinya keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi ini merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas produk dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Akan tetapi, suatu produk dengan penampilan terbaik atau bahkan dengan tampilan lebih baik bukanlah merupakan produk dengan kualitas tertinggi jika tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar.

Menurut Kotler and Armstrong (2004, p.283) arti dari kualitas produk adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.
]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/03/06/klasifikasi-produk/feed/
0


Hello world!
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/02/23/hello-world/
http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/02/23/hello-world/#comments
Thu, 23 Feb 2012 13:43:15 +0000
Paramitha Idi Putri
<![CDATA[Uncategorized]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/?p=1
<![CDATA[Selamat datang di Student Blogs. Ini adalah posting pertamaku!]]>
<![CDATA[Selamat datang di Student Blogs. Ini adalah posting pertamaku!
]]>

http://blog.ub.ac.id/idiputri/2012/02/23/hello-world/feed/
1


0 comments: